Sabtu, 28 Februari 2015
Rabu, 31 Desember 2014
Mendaki gunung adalah petualang yang sanagat seru. Dimana ketika kita memdaki selalu ada tantangan tersendiri. Gunung juga mempunyai karakter yang berbeda-beda. Di Gunung Lawu terkenal dengan suhunya yang sangat dingin. Gunung Semeru mempunyai Ranu Kumbolo dengan sumber air yang melimpah. Gunung Merapi terkenal dengan suhu panasnya di siang hari. Gunung Merbabu terkenal dengan sabananya yang luas dan indah. Dan masih banyak macam karakter gunung di Pulau Jawa.
Bagaimana dengan Gunung Arjuno ? Kita bahas yuk...... Gunung Arjuno mempunyai medan yang luar biasa bro. Dari pendakian via Tretes, jalurnya bebatuan. Mulai dari pos perijinan sampai pos 3. Adapun nama posnya 1; Pet Bocor, 2; Kokopan (kalau pagi bisa lihat sunrise bro) 3; Pondokan. Diberi nama pondokan karena disitu banyak dijumpai rumah kecil ukuran sekitar 3x4. Rumah ini dibuat dan dihuni oleh para penambang belerang (penambangan di puncak Gunung Welirang). Ketiga pos ini mempunyai sumber air yang cukup.
Dari pos 3 atau pondokan, jika kita akan ke Puncak Arjuno harus suap fisik dan mental. Jalur pendakian ini medannya sangat ekstrim. Disarankan apabila mendaki Gunumg Arjuno panjenengan harus ambil musim kemarau. Karena di musim hujan sering terjadi badai, hujan lebat plus petir yang keras. Dibutuhkan waktu kurang lebih 4-5 jam (normal) untuk menuju pos 3 hingga puncak.
Dalam perjalanan panjenengan akan melewati lembah kidang dan pasar dieng. Di lembah kidang siapkan kamera ya.... Boleh Hp, Digital, Pocket atau DSLR. Karena di lembah kidang cukup bagus pemandangannya. Rumputnya itu lo katon ijo royo-royo, hehehehhehehe. Oh iya saya lupa, kalau mau ngecamp disarankan di lembah kidang aja bro. Mau muncak tinggalin barang-barang berat. Cukup bawa minum dan makanan seperti r o t i. Jangan lupa barang berharga seperti kulkas, tv, mobil... Eh salah maksudku hp, dompet, uang, kamera... dibawa muncak Heheheeheheee.
Kurang lebih 3-4 jam dari lembah kidang .... tarara... sampai deh di puncak, Gunung Arjuno jadi petualang ke 15 ku bro... Sekedar sharing nih. Trims.
(Diposting melalui blogger android) Tuban. 1 Januari 2015
Sore hari yang sedang gerimis, bergegas aku keluar untuk memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Eh tidak sengaja lihat burung di halaman rumah. Ketika aku mendekatinya, burung itu berusaha kabur dariku. Oh sungguh kasihan, burung itu sudah tidak bisa terbang. Burungpun di genggamanku dan keluar darah di bagian sayapnya.
Terus ini salah siapa? Penembak mungkin ya. Burung itu punya nyawa dan punya hak untuk hidup lo. Kenapa masih banyak tangan-tangan jahil yang suka nembak burung. Sadarlah bahwa burung juga makhluk hidup. Kalau manusia masih suka menembaknya, dikhawatirkan populasi burung menurun. Akan Semakin punah dan anak cucu kita tidak menjumpai burung, karena tinggal nama dan ceritanya.
Mari kita jaga kelestarian lingkungan. Menciptakan rasa peduli sesama makhluk ciptaan Tuhan.
(Diposting melalui blogger android)
Selasa, 30 Desember 2014
Sofi Cewe Sang Pendaki17 tahun umurnya masih duduk di bangku kelas 3 SMA Negeri 3 Bojonegoro. Perempuan muda ini hobi banget yang namanya mendaki. Pendakian ke-3 nya sukses di atas puncak G. Arjuno dengan ketinggian 3339 Mdpl. Heran sama ini cewe, gimana tidak........ 4 hari tidak makan nasi, mie, atau makanan yang mengandung karbohidrat. Selama proses pendakian juga tidak ada keluh sama sekali. Sukses fi....... kalau ada waktu mendaki bareng ya. Hehehe (Diposting melalui Blogget Android)
Sabtu, 04 April 2009
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m. Kemarin Aku bersama BrigPala Stembo melakukan pendakian dengan lewat jalur Cemoro Sewu.
Berangkat dari kota kami tercinta (Bojonegoro) mulai pukul 07.30 WIB. Dengan berbekal keberanian dan modal pas-pasan, kami berdiri di keramaian sebuah kota. Bercanda bergurau sambil menunggu tebengan truk. Setelah 15 menit kami dihampiri sebuah truk. “Alhamdulillah, yuk berangkat !” kata salah satu teman kami.
Truk yang dikira berplat nomor K (Blora) eh ternyata kita di turunin di tengah-tengah perjalanan. Dan kita lihat ternyata bukan plat K tetapi KT (Kalimantan Timur). Cape deh, harus nunggu bus menuju Ngawi. Menit berlalu kami naik bus Cendana Ngawi. Turun di Ngawi dan menjemput teman kami Ngawi.
Tiba saatnya rombongan kami lengkap 7 anggota. Persiapan dan pengecekan barang sebelum berangkat kami lakukan. Menunggu jemputan bus jurusan Madiun. Akhirnya dapat juga tu bus, Pak turun Maospati. Diturunin dan lanjut go to Magetan. sampai di Magetan, kita bertemu tim PA dari kota lain. Tak lupa agar silaturahmi terjaga, kita berkenalan satu sama lain. Berangkat dah ke Sarangan – Cemoro Sewu.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.
Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu iris(karena seperti di iris).
Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan seperti masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki melalui Cemorosewu(bagi pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya gag nguatin untuk pemula. Tapi kami Start dari Cemoro Sewu jam 2 lho . . . . . he he
Di atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu yang megah n bangedddh.