Jumat, 25 November 2016

Menjalankan Praktik Pancasila dengan Seni Sandur

Posted by Admin On Jumat, November 25, 2016 29 comments



Kesenian Sandur adalah jenis kesenian rakyat tradisional yang berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal yang menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat Ledok Kulon, Bojonegoro, Jawa Timur, yang berfungsi untuk upacara sedhekah bumi, syukuran panen, perkawinan, dan untuk keperluan nadar. Kesenian ini dulunya (era 50 – 60 an) pernah berfungsi sebagai media pengobatan orang sakit, sebagai pelengkap upacara ritual, dan berfungsi sebagai sarana interaksi sosial antar warga masyarakat.

Sandur merupakan sarana interaksi sosial warga Bojonegoro, dengan adanya sandur, warga berbondong-bondong untuk menyaksikan kesenian yang sudah lama tertelan zaman modern tersebut. Sebuah semangat kebersamaan untuk maju melestarikan Budaya Tradisional di tengah himpitan teknologi yang semakin maju. Kembang Desa turut dalam andil tersebut, Ki Germo, Pethak, Balong, Wak Tangsil dan Cawik adalah pemeran 5 tokoh Sandur. Ki Germo adalah seorang pemimpin Tokoh yang artinya Germo (Paugeran Limo).

Alur Cerita Sandur
1. Panjak hhre, Panjak Gong, Panjak Kendang dan Panjak Lainnya

 Sebelum pertunjukan dimulai semua panjak menghibur penonton yang datang dengan tetembangan, sambil menunggu pemain sandur yang sedang di rias. Tembang diantaranya ada : aja haru biru, bismillah, ereng-ereng, et ot et dlang, gandhul geyong, gonjing pita, itung itung, kecacil biru, nango nangkle, pring apus, rintik, sekar gadhung anjor, sekar lempang, sruwa-sruwi, surak ore, tak kudang nango nangkle, tak ledhot, thir senthir, tulak kala, uci ala uci, udhenggadung dan wedang dandang.

2. Penari Jaranan 

Setelah cukup lama menanyikan tetembangan, telah datan dua penari jaranan. Jaranan ini diiringi tetembangan dan menari di dalam blabar janur kuning (panggung atau area pertunjukan sandur)

3. Anak Wayang 

Kemudian dilanjut dengan kehadiran anak wayang yang berjalan dengan berkerudung kain batik panjang (jarik - jawa) yang di depannya diarak dengan obor (api).
 


4. Ki Germo Nggundisi (Alm. Bpk. Masnun - Maestro Sandur)

Mengawali sebuah pertunjukkan, Ki Germo membacakan Gundisi (text pembuka seni sandur) dan dilanjut memperkenalkan anak wayang yang lainnya.

5. Drama Dimulai

Pethak, Balong, Wak Tangsil, dan Cawik  telah dibuka kerdungnya dan segera berjalan sambil menari menuju tempat duduknya masing-masing (berada di pojok blabar janur kuning).

6. Kalongking 

Penutupan seni sandur digambarkan dengan atraksi Kalongking. Kalongking adalah olahraga tradisional Ledok Kulon, dimana pemainnya adalah seorang laki-laki bernama DARJO. Darjo sudah dari kecil belajar atraksi kalongking. Atraksi kalongking pertama dengan naik bambu tanpa bantuan alat apapun, dilanjutkan melata di utas tali tambang, kalongking juga beratraksi tidur di atas tali, makan di atas tali, berputar-putar di tali, dan terakhir turun dengan cara badan terbalik kepala di bawah kaki di atas (nyungsang-jawa). Sambutan tepuk tangan meriah dari penonton melengkapi sebuah penutupan SANDUR yang sangat meriah. Ayo lihat Sandur, bangga dengan budaya lokal kita (Bojonegoro) 

Berikut penutupan seni sandur, dengan atraksi kalongkingnya



 

Mengaitkan Seni Sandur dengan Praktik Pancasila tentunya sangat erat, sebagai berikut
Sila ke-1. Ketuhanan Yang Maha Esa 
Seni sandur dimainkan tak lain adalah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rizki kepada Masyarakat. Ketika musim panen padi tiba, masyarakat Ledok Kulon bersyukur dengan berkarya dengan Seni Sandur.

Sila ke-2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Seni Sandur selalu ditutup dengan hikmah sebuah cerita, dimana drama yang sedang menggambarkan keserakahan seseorang, maka sebagai masyarakat tidak mengadilinya dengan kekejaman, melainkan merangkul bersama dengan kekeluargaan. Rasa kemanusian yang tinggi terhadap sesama warga.

Sila ke-3. Persatuan Indonesia 
Disimbolkan pada penutupan seni sandur yaitu tetembangan sebagai berikut
 
"Sampun rampung tembangane kanca sandur
Guyub Rukun urun tutur
Lumintu tansah sempulur
Nadyan campur baur
Guyub Rukun Kaya Dulur
Pinter .... ngatur racik'ane para leluhur
Bilih wonten lepat atur
Pangapunten kang lumuntur" 

artinya
"Sudah selesai lagu dan pertunjukan dari teman-teman sandur
Guyub rukun dan menyumbang nasihat
Dan selalu membawa keberkahan
Walupun bercampur banyak orang 
Tetap Guyub Rukun Seperti Saudara
Teman-teman Sandur pandai meracik warisan leluhur
Apabila ada salah ucap
Mohon maaf, mengharap segala kesalahan hilang dan sirna"

Sila ke-4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Dimana Ki Germo sebagai pemimpin tokoh Sandur selalu berusaha bijak apabila ada permasalahan pada warga Sandurnya. Selalu di musyawarhkan dalam menangani permasalahan.

Sila ke-5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ditujukkan pada Seni Sandur, para penonton darimanapun dipersilahkan, mulai dari Anak-Anak, Remaja, Orang Tua. Seni Sandur sangat bermasyarakat dan tidak membedakan Ras, Suku, Agama, dan Adat.
Dan juga disimbolkan oleh pemeran Sandur, berbagai unsur dari kalangan pelajar, mahasiswa, umum, dan warga.

Semoga Seni Sandur dapat menjadi inspirasi kepada seluruh warga. Agar selalu hidup rukun, gotong royong, tidak ada permusuhan. Walupun semua beda tujuan Indonesia akan tetap utuh seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika nya "Berbeda-beda tetapi satu jua". Semoga dengan Adanya Festival HAM 2016, Rakyat Indonesia semakin Guyub Rukun. Jangan sampai di adu domba dengan negara lain


Site search

    Blogger news

    Blogroll

    About