• Sebuah seni rupa digital art karya anak bangsa (Indonesia) ditemukan oleh Pak Wedha, Pekalongan - Jateng - Indonesia, postingan ini adalah karya Masnonok DC

  • Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, terima kasih Kang Yoto, sudah mengadakan acara semeriah Festival Bengawan Bojonegoro

  • Bermimpi untuk menjadi Gurupun tak pernah, inilah hidup saya, menjadi seorang guru TK di TRISULA I Bojonegoro. Yuk dikupas tentang Pendidikan Anak Usia Dini

  • Tidak perlu menunggu 10 tahun yang lalu bisa dikatakan usang, karena sehari atau sedetik yang lalu sesuatu bisa dikatakan usang. Inilah kemajuan zaman, semua serba canggih. Ayo melek media

  • Malam Laboratorium Sayap Jendela, sebuah ajang kreasi seni para seniman yang ada di Bojonegoro. Teater | Tari | Musik | Pameran Seni Rupa | Pantomime | Dll

  • Hobi berpetualang, orang tua bilang, buang-buang uang, tapi nggak apalah, yang penting hati senang

Jumat, 25 November 2016

Menjalankan Praktik Pancasila dengan Seni Sandur

Posted by Admin On Jumat, November 25, 2016 29 comments



Kesenian Sandur adalah jenis kesenian rakyat tradisional yang berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal yang menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat Ledok Kulon, Bojonegoro, Jawa Timur, yang berfungsi untuk upacara sedhekah bumi, syukuran panen, perkawinan, dan untuk keperluan nadar. Kesenian ini dulunya (era 50 – 60 an) pernah berfungsi sebagai media pengobatan orang sakit, sebagai pelengkap upacara ritual, dan berfungsi sebagai sarana interaksi sosial antar warga masyarakat.

Sandur merupakan sarana interaksi sosial warga Bojonegoro, dengan adanya sandur, warga berbondong-bondong untuk menyaksikan kesenian yang sudah lama tertelan zaman modern tersebut. Sebuah semangat kebersamaan untuk maju melestarikan Budaya Tradisional di tengah himpitan teknologi yang semakin maju. Kembang Desa turut dalam andil tersebut, Ki Germo, Pethak, Balong, Wak Tangsil dan Cawik adalah pemeran 5 tokoh Sandur. Ki Germo adalah seorang pemimpin Tokoh yang artinya Germo (Paugeran Limo).

Alur Cerita Sandur
1. Panjak hhre, Panjak Gong, Panjak Kendang dan Panjak Lainnya

 Sebelum pertunjukan dimulai semua panjak menghibur penonton yang datang dengan tetembangan, sambil menunggu pemain sandur yang sedang di rias. Tembang diantaranya ada : aja haru biru, bismillah, ereng-ereng, et ot et dlang, gandhul geyong, gonjing pita, itung itung, kecacil biru, nango nangkle, pring apus, rintik, sekar gadhung anjor, sekar lempang, sruwa-sruwi, surak ore, tak kudang nango nangkle, tak ledhot, thir senthir, tulak kala, uci ala uci, udhenggadung dan wedang dandang.

2. Penari Jaranan 

Setelah cukup lama menanyikan tetembangan, telah datan dua penari jaranan. Jaranan ini diiringi tetembangan dan menari di dalam blabar janur kuning (panggung atau area pertunjukan sandur)

3. Anak Wayang 

Kemudian dilanjut dengan kehadiran anak wayang yang berjalan dengan berkerudung kain batik panjang (jarik - jawa) yang di depannya diarak dengan obor (api).
 


4. Ki Germo Nggundisi (Alm. Bpk. Masnun - Maestro Sandur)

Mengawali sebuah pertunjukkan, Ki Germo membacakan Gundisi (text pembuka seni sandur) dan dilanjut memperkenalkan anak wayang yang lainnya.

5. Drama Dimulai

Pethak, Balong, Wak Tangsil, dan Cawik  telah dibuka kerdungnya dan segera berjalan sambil menari menuju tempat duduknya masing-masing (berada di pojok blabar janur kuning).

6. Kalongking 

Penutupan seni sandur digambarkan dengan atraksi Kalongking. Kalongking adalah olahraga tradisional Ledok Kulon, dimana pemainnya adalah seorang laki-laki bernama DARJO. Darjo sudah dari kecil belajar atraksi kalongking. Atraksi kalongking pertama dengan naik bambu tanpa bantuan alat apapun, dilanjutkan melata di utas tali tambang, kalongking juga beratraksi tidur di atas tali, makan di atas tali, berputar-putar di tali, dan terakhir turun dengan cara badan terbalik kepala di bawah kaki di atas (nyungsang-jawa). Sambutan tepuk tangan meriah dari penonton melengkapi sebuah penutupan SANDUR yang sangat meriah. Ayo lihat Sandur, bangga dengan budaya lokal kita (Bojonegoro) 

Berikut penutupan seni sandur, dengan atraksi kalongkingnya



 

Mengaitkan Seni Sandur dengan Praktik Pancasila tentunya sangat erat, sebagai berikut
Sila ke-1. Ketuhanan Yang Maha Esa 
Seni sandur dimainkan tak lain adalah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rizki kepada Masyarakat. Ketika musim panen padi tiba, masyarakat Ledok Kulon bersyukur dengan berkarya dengan Seni Sandur.

Sila ke-2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Seni Sandur selalu ditutup dengan hikmah sebuah cerita, dimana drama yang sedang menggambarkan keserakahan seseorang, maka sebagai masyarakat tidak mengadilinya dengan kekejaman, melainkan merangkul bersama dengan kekeluargaan. Rasa kemanusian yang tinggi terhadap sesama warga.

Sila ke-3. Persatuan Indonesia 
Disimbolkan pada penutupan seni sandur yaitu tetembangan sebagai berikut
 
"Sampun rampung tembangane kanca sandur
Guyub Rukun urun tutur
Lumintu tansah sempulur
Nadyan campur baur
Guyub Rukun Kaya Dulur
Pinter .... ngatur racik'ane para leluhur
Bilih wonten lepat atur
Pangapunten kang lumuntur" 

artinya
"Sudah selesai lagu dan pertunjukan dari teman-teman sandur
Guyub rukun dan menyumbang nasihat
Dan selalu membawa keberkahan
Walupun bercampur banyak orang 
Tetap Guyub Rukun Seperti Saudara
Teman-teman Sandur pandai meracik warisan leluhur
Apabila ada salah ucap
Mohon maaf, mengharap segala kesalahan hilang dan sirna"

Sila ke-4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Dimana Ki Germo sebagai pemimpin tokoh Sandur selalu berusaha bijak apabila ada permasalahan pada warga Sandurnya. Selalu di musyawarhkan dalam menangani permasalahan.

Sila ke-5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ditujukkan pada Seni Sandur, para penonton darimanapun dipersilahkan, mulai dari Anak-Anak, Remaja, Orang Tua. Seni Sandur sangat bermasyarakat dan tidak membedakan Ras, Suku, Agama, dan Adat.
Dan juga disimbolkan oleh pemeran Sandur, berbagai unsur dari kalangan pelajar, mahasiswa, umum, dan warga.

Semoga Seni Sandur dapat menjadi inspirasi kepada seluruh warga. Agar selalu hidup rukun, gotong royong, tidak ada permusuhan. Walupun semua beda tujuan Indonesia akan tetap utuh seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika nya "Berbeda-beda tetapi satu jua". Semoga dengan Adanya Festival HAM 2016, Rakyat Indonesia semakin Guyub Rukun. Jangan sampai di adu domba dengan negara lain


Sabtu, 17 Oktober 2015

Sekolahku Kenalkan Makanan Tradisional : Jagung Rebus

Posted by Admin On Sabtu, Oktober 17, 2015 10 comments
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memanusiakan manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan identik dengan lembaga sekolah, tapi perlu diingat bahwa pendidikan tidak hanya diterapkan anak-anak di lingkungan sekolah. Keluarga dan masyarakat adalah peran utama untuk mencetak anak-anak mau menjadi apa di masa depannya.
Selama ini orang tua masih banyak yang menilai anaknya pandai karena dapat ilmu dari sekolah. Padahal sekolah hanya mitra orang tua untuk berkonsultasi bagaimana anak ini harus diarahkan. Selebihnya Keluarga dan Masyarakatlah yang akan membentuk karakter anak-anak. Hubungan antara keluarga masyarakat dan sekolah sangat erat, tanpa ada kerjasama yang baik maka karakter anak tidak akan terbentuk dengan baik.

Keluarga
Kegiatan anak-anak sehari-hari prosentasenya sangat besar berada di Keluarga. Aktifitas seperti : mandi, makan, tidur, bermain, melihat televisi dan lain-lain adalah rutinitas setiap hari di rumah. Hanya saja belum tentu rutinitas sehari-hari di rumah itu bisa bertatap muka dengan orang tua. Karena sekarang banyak anak kita yang dititipkan di rumah itu bersama rewang (pembantu rumah tangga). Disinilah permasalahan yang timbul pada internal anak, yang seharusnya anak mendapatkan kasih sayang lebih, tetapi kesibukan orang tua menjadikan anak-anak kurang diperhatikan. Maka sebagai orang tua yang baik harus bisa mengatur waktu, jangan sampai anak kita kurang kasih sayang dan kurang perhatian. Berikan perhatian dan kasih sayang penuh kepada anak kita di rumah.

Lingkungan/Masyarakat
Dimana tempat tinggal kita ? kota, pedesaan, pantai, ataukah pegunungan. Kita tidak diperkenankan memberikan julukan kepada anak sesuai dengan tempat tinggalnya, misal : anak pegunungan dan anak pantai itu anak keras dan nakal, anak kota itu identik dengan pergaulan bebas, atau anak desa itu lugu dan sopan. keras dan nakal, pergaulan bebas, lugu atau sopan itu yang mencetak bukan lingkungan, tetapi masyarakat, kalau masyarakat kita (orang disekitar kita selalu memberi contoh yang kurang baik kepada anak, maka anak akan meniru tingkah itu yang serupa). Lingkungan/tempat tinggal itu hanyalah sebuah kebetulan karena kita dilahirkan di tempat tersebut, atau orang tua kita mendapatkan tugas kerjanya di daerah tersebut. Dalam lingkungan/masyarakat, anak akan terbentuk sosialnya, berteman dengan baik dengan teman sebayanya. Selain berteman baik anak juga belajar untuk saling memberi, saling membantu, toleran dan lain-lain.

Sekolah
Sebuah lembaga resmi yang didirikan dengan tujuan memberikan tambahan pendidikan kepada Anak kita. Sekolah adalah tempat yang ramah untuk anak-anak, dimana anak-anak bisa belajar bersama, bermain bersama untuk membentuk karakter yang lebih baik. Sekolah tidak hanya dari Usia Dasar (Sekolah Dasar) sampai usia Menengah (SMP dan SMA). Tetapi sekolah itu dimulai dari Anak Usia Dini, tepatnya adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dunia PAUD dimulai dari anak berusia 0 sampai dengan usia 6 tahun. Dengan klasifikasi sebagai berikut :
0-3 tahun -> TPA (Tempat Penitipan Anak)
3-4 tahun -> KB (Kelompok Bermain/PlayGroup)
5-6 tahun -> TK (Taman Kanak-Kanak)
Ayo Sekolah mulai dari usia Dini, Ayo Sekolah PAUD, Ayo Sekolah di tempatku. Sekolah ditempatku mengajarkan belajar sambil bermain, dan bermain seraya belajar. Sekolahku tidak hanya mengajarkan ilmu daya pikir, tapi mengajarkan nilai-nilai yang membentuk karakter anak lebih baik. Sekolahku unik, kenapa demikian ? Karena sekolahku selalu menjunjung nilai luhur budaya bangsa.
Tepat hari Sabtu 17 Oktober 2015 ada kegiatan Memasak dengan Gembira. Loh ???? Kok memasak ???? bukannya itu hal yang berbahaya untuk anak. Berbahaya atau tidak tergantung Bapak/Ibu Guru membimbingnya. Memasak tidak hanya identik dengan menanak nasi, nyayur, atau yang berat lainnya. Tetapi memasak ringan juga ada, seperti merebus jagung. 

Gb. Anak-anak sedang membersihkan rambut yang menempel di jagung

Sekarang era yang modern, manusia sekarang banyak yang lupa akan budaya tradisional. Contoh kecil adalah jajanan. Jajanan yang diproduksi Pabrik sangat bertebaran, ada di minimarket yang mudah dijangkau. Hal tersebut yang membuat jajanan tradisional yang semakin terhimpit. Apa saja jajanan tradisional, contoh : lemper, mendut, nogosari, lemet, pisang rebus, jagung rebus, dan lain-lain. 

Gb. Salah satu anak didik PAUD sedang asyik dan bangga makan jagung rebus hasil olahan sendiri

Bangga rasanya bisa mengabdi di lembaga TK yang mau mempertahankan jajanan tradisional. Anak-anak begitu antusias membantu Ibu dan Bapak Guru membuat jagung rebus. Mulai dari anak-anak membantu membersihkan rambut jagung yang masih menempel, sampai memasukkan sendiri di alat yang digunakan untuk merebus jagung tersebut. Anak-anak juga bangga bisa makan jagung yang di olah sendiri dengan bantuan Bapak/Ibu Guru. Untuk sekolah lain, ayo kenalkan kepada anak-anak makanan tradisional yang makin terhimpit makanan modern. Ayo ajak anak-anak yang di pelosok untuk mengikuti sekolah sejak usia dini.


Senin, 20 Juli 2015

Budaya Universal vs Relatif

Posted by Admin On Senin, Juli 20, 2015 No comments


Sebut saja tahapan perkembangan kognitif diperkirakan berlaku universal untuk setiap anak begitupun budaya. Hal ini disebabkan oleh adanya bentuk otak dan tubuh yang mirip pada anak serta stimulasi yang diperoleh dari lingkungan dengan cara yang sama. Dengan demikian hukum bebas budaya (culture free) mengenai perkembangan yang akan ditemukan berguna untuk kemudian diterapkan pada semua anak dari beragam budaya. Contohnya sebagai berikut, seorang anak akan mengekspresikan dunianya melalui bahasa dan bermain pura-pura di masa kanak-kanaknya, dilanjutkan dengan mulai berpikir logis  dan lebih sistematis di masa sekolahnya, lalu kemudian bernalar secara abstrak dimasa remaja.

 Namun pada saat yang bersamaan, terdapat kesadaran para ahli pada bidang ini menyimpulkan bahwa anak yang berbeda, tumbuh dalam konteks yang berbeda pula, yaitu anak yang mengalami kombinasi unik dari keadaan pribadi dan lingkungannya. Dalam hal ini, pola budaya dan lingkungan berperan penting dalam membentuk suatu hukum tentang perkembangan.

Sebagai contoh anak-anak yang tinggal di Asia, kebanyakan atau bahkan hampir semuanya memiliki pengalaman yang berbeda dengan pengalaman anak-anak di kota-kota besar di Barat dalam hal kehidupan sehari-hari, dari mulai kehidupan keluarga, masyarakat, lingkungan, dan budaya. Keunikan ini tentunya dapat menghasilkan perbedaan dalam kapasitas kognitif, keterampilan sosial, serta perasaan tentang diri sendiri dan orang lain. 

 Untuk menengahi keadaan yang ekstrim ini, suatu pandangan baru di munculkan, yaitu perkembangan berlangsung dimanapun dalam urutan cara yang sama, akan tetapi kecepatan dan kemajuan yang dicapai anak dalam budaya yang berbeda akan menjadi bervariasi. Selain itu, kebanyakan ahi perkembangan saat ini juga mulai menyadari pentingnya perkembangan anak. Perubahan yang terjadi pada suatu budaya diakui menjadi memiliki peranan penting dalam perkembangan anak.

Minggu, 19 Juli 2015

Pengaruh Situasional vs Karakteristik Individu

Posted by Admin On Minggu, Juli 19, 2015 No comments


Apakah cara bertingkah laku seorang anak berbeda pada saat dirumah dan disekolah? Atau apakah terdapat kecenderungan dan karakteristik kepribadian pada individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku dengan cara serupa namun dalam situasi yang berbeda? Dapatkah kita menggambarkan karakteristik seorang anak dan berharap mereka memperlihatkan kualitas tersebut untuk memanifestasikannya dalam situasi yang berbeda?

Sudut pandang yang berbeda tentang pentingnya pengaruh situasional vs karakteristik individu. Untuk memecahkan kontroversi ini, kebanyakan dari para ahli tersebut menggunakan sudut pandang interaksionis, yaitu menekankan peran ganda dari factor kepribadian dan situasional.

Sebagai contoh, anak yang agresif mungkin akan mencari atau memilih lingkungan dimana ia bisa mengekspresikan agresifitasnya. Mereka mungkin akan lebih tertarik berkecimpung di sebuah kelompok anak nakal atau mendaftarkan diri di kelas bela diri. Anak yang agresif mungkin akan bersikap ramah dan kooperatif terhadap lingkungan yang tidak mentolerir mereka untuk mengekspresikan keagrevitasannya.

Berbeda dengan anak pendiam yang cenderung tertutup tentang kepribadiannya, malu bertegur sapa dengan orang lain (sulit bersosialisasi), sulit beradaptasi dengan lingkungan baru yang terkadang “aneh” dalam opininya. Anak semacam ini biasanya lebih memillih berada ditempat yang berkeadaan tenang, santai, dan terkadang cenderung serius, seperti kelas paduan suara dan kelas ilmiah.

Selain itu pengaruh situasional vs karakteristik individu juga berasal dari luar (eksternal) meliputi faktor lingkungan alam, serta lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Faktor lingkungan alam ialah keadaan geografis dan topologis daerah tempat seseorang tersebut hidup dan berkembang, karena perilaku keseharian dilingkungan tempat tinggal akan sangat berpengaruh pada situasional seseorang. Sedangkan untuk factor berikutnya yaitu faktor lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah golongan sosial ekonomi, kelompok mayoritas dan minoritas dalam kelompok masyarakat, adat istiadat suatu daerah berserta budayanya.

Sedangkan faktor internal situasional seorang anak salah satunya dan sangat menjadi penting yaitu kondisi kesehatan atau keseimbangan psikis anak tersebut, yang biasanya terganggu dikarenakan masalah dalam keluarga, sebagai contoh ketidak harmonisan kedua orang tua yang menyebabkan si anak merasa kurang dalam hal mendapatkan kasih sayang, merasa terkucilkan dan sendiri, meski terkadang sangat terpenuhi dari segi materil.

Jumat, 03 Juli 2015

Kompetisi WPAPers Bojonegoro Jilid 1

Posted by Admin On Jumat, Juli 03, 2015 No comments



Wedha's Pop Art Potrait kini sudah mulai menggema di Kabupaten Bojonegoro. Saya Masnonok selaku Admin Group Facebook WPAPers Bojonegoro mengajak remaja Bojonegoro untuk berkarya dalam dunia Digital Art yaitu WPAP.

Pada kesempatan kali ini tepat di Bulan Ramadhan, saya membuat kompetisi yang pertama kalinya di Bojonegoro. Berikut deskripsi Kompetisi WPAP :

Kompetisi WPAPers Bojonegoro Jilid 1
Tema : Ramadhan
Sub Tema : Wanita Muslimah
Model : Nuri Maulida

Peserta : WPAPers Bojonegoro
Tujuan belajar WPAP bersama :
1. Mempererat silaturahmi antar sesama WPAPers se-Bojonegoro
2. Mengasah kemampuan mengolah mouse untuk pembuatan bidang pada wajah (WPAP)
3. Mengisi kegiatan Ramadhan
4. Membuat Group ini lebih ramai lagi

Dari 10 peserta yang mengikuti diambil 3 pemenang untuk mendapatkan hadiah berupa Pulsa.
berikut adalah ketiga nama yang berhak mendapatkan pulsa, dan karyanya menjadi sampul di Group FB WPAPers Bojonegoro

Juara 1 - Genbinotac Hendra dengan - software Corel Draw X5
Juara 2 - Fariz Arifuddin dengan - software Corel Draw X5
Juara 3 - Rumpoko Jati Kusuma - sotware Corel Draw X4

Selamat buat para pemenang





Site search

    Blogger news

    Blogroll

    About