Kesenian Sandur adalah jenis kesenian rakyat tradisional yang berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal yang menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat Ledok Kulon, Bojonegoro, Jawa Timur, yang berfungsi untuk upacara sedhekah bumi, syukuran panen, perkawinan, dan untuk keperluan nadar. Kesenian ini dulunya (era 50 – 60 an) pernah berfungsi sebagai media pengobatan orang sakit, sebagai pelengkap upacara ritual, dan berfungsi sebagai sarana interaksi sosial antar warga masyarakat.
Alur Cerita Sandur
1. Panjak hhre, Panjak Gong, Panjak Kendang dan Panjak Lainnya
Sebelum pertunjukan dimulai semua panjak menghibur penonton yang datang dengan tetembangan, sambil menunggu pemain sandur yang sedang di rias. Tembang diantaranya ada : aja haru biru, bismillah, ereng-ereng, et ot et dlang, gandhul geyong, gonjing pita, itung itung, kecacil biru, nango nangkle, pring apus, rintik, sekar gadhung anjor, sekar lempang, sruwa-sruwi, surak ore, tak kudang nango nangkle, tak ledhot, thir senthir, tulak kala, uci ala uci, udhenggadung dan wedang dandang.
2. Penari Jaranan
Setelah cukup lama menanyikan tetembangan, telah datan dua penari jaranan. Jaranan ini diiringi tetembangan dan menari di dalam blabar janur kuning (panggung atau area pertunjukan sandur)
3. Anak Wayang
Kemudian dilanjut dengan kehadiran anak wayang yang berjalan dengan berkerudung kain batik panjang (jarik - jawa) yang di depannya diarak dengan obor (api).
4. Ki Germo Nggundisi (Alm. Bpk. Masnun - Maestro Sandur)
Mengawali sebuah pertunjukkan, Ki Germo membacakan Gundisi (text pembuka seni sandur) dan dilanjut memperkenalkan anak wayang yang lainnya.
5. Drama Dimulai
Pethak, Balong, Wak Tangsil, dan Cawik telah dibuka kerdungnya dan segera berjalan sambil menari menuju tempat duduknya masing-masing (berada di pojok blabar janur kuning).
6. Kalongking
Penutupan seni sandur digambarkan dengan atraksi Kalongking. Kalongking adalah olahraga tradisional Ledok Kulon, dimana pemainnya adalah seorang laki-laki bernama DARJO. Darjo sudah dari kecil belajar atraksi kalongking. Atraksi kalongking pertama dengan naik bambu tanpa bantuan alat apapun, dilanjutkan melata di utas tali tambang, kalongking juga beratraksi tidur di atas tali, makan di atas tali, berputar-putar di tali, dan terakhir turun dengan cara badan terbalik kepala di bawah kaki di atas (nyungsang-jawa). Sambutan tepuk tangan meriah dari penonton melengkapi sebuah penutupan SANDUR yang sangat meriah. Ayo lihat Sandur, bangga dengan budaya lokal kita (Bojonegoro)
Berikut penutupan seni sandur, dengan atraksi kalongkingnya
Dan juga disimbolkan oleh pemeran Sandur, berbagai unsur dari kalangan pelajar, mahasiswa, umum, dan warga.