Sebut saja tahapan perkembangan kognitif
diperkirakan berlaku universal untuk
setiap anak begitupun budaya. Hal ini disebabkan oleh adanya bentuk otak dan
tubuh yang mirip pada anak serta stimulasi yang diperoleh dari lingkungan
dengan cara yang sama. Dengan demikian hukum bebas budaya (culture
free) mengenai perkembangan yang akan ditemukan berguna untuk kemudian
diterapkan pada semua anak dari beragam budaya. Contohnya sebagai berikut,
seorang anak akan mengekspresikan dunianya melalui bahasa dan bermain pura-pura
di masa kanak-kanaknya, dilanjutkan dengan mulai berpikir logis dan lebih sistematis di masa sekolahnya, lalu
kemudian bernalar secara abstrak dimasa remaja.
Namun pada saat yang bersamaan, terdapat kesadaran para
ahli pada bidang ini menyimpulkan bahwa anak yang berbeda, tumbuh dalam konteks
yang berbeda pula, yaitu anak yang mengalami kombinasi unik dari keadaan
pribadi dan lingkungannya. Dalam hal ini, pola budaya dan lingkungan berperan
penting dalam membentuk suatu hukum tentang perkembangan.
Sebagai contoh anak-anak yang tinggal di Asia, kebanyakan
atau bahkan hampir semuanya memiliki pengalaman yang berbeda dengan pengalaman
anak-anak di kota-kota besar di Barat dalam hal kehidupan sehari-hari, dari mulai
kehidupan keluarga, masyarakat, lingkungan, dan budaya. Keunikan ini tentunya
dapat menghasilkan perbedaan dalam kapasitas kognitif, keterampilan sosial,
serta perasaan tentang diri sendiri dan orang lain.
Untuk menengahi keadaan yang ekstrim ini, suatu pandangan
baru di munculkan, yaitu perkembangan berlangsung dimanapun dalam urutan cara
yang sama, akan tetapi kecepatan dan kemajuan yang dicapai anak dalam budaya
yang berbeda akan menjadi bervariasi. Selain itu, kebanyakan ahi perkembangan
saat ini juga mulai menyadari pentingnya perkembangan anak. Perubahan yang
terjadi pada suatu budaya diakui menjadi memiliki peranan penting dalam perkembangan
anak.