Mbok Sri
Widodari unggahno kancaku iki,
Yen ra
munggah kaniaya,
Yen munggah
tak puja,
Sun
kalong-kalongking,
Yen sore
wayahe munggah,
Ngitir,
mangan, turu, nggandul
Mudun karo
nyungsang.
Artinya :
Ibu Sri
Widodari naikan temanku ini,
Jika tidak
naik tersiksa,
Jika naik
saya puja,
Sun
kalong-kalongking,
Jika sore
waktunya naik,
Berputar,
makan, tidur, bergelantungan,
Turun
dengan jungkir,
Alunan
tembang dengan iringan musik tradisional kesenian sandur, menyisir bengawan penuh semangatnya. Konsistensi
penampilan sepanjang rute Parade Perahu Hias, membuat warga Bojonegoro tidak
mengedipkan mata. Sorak sorai dari pinggir Bengawan Bojonegoro diberikan kepada
peserta dari Desa Ledok Kulon tersebut.
Atrakasi
di atas perahu itu sebut saja kalongking,
ya kalongking adalah atraksi kesenian tradisional sandur. Biasanya dimainkan
ketika pentas sandur akan berakhir. Sandur merupakan kesenian asli berasal dari
daerah Bojonegoro. Sandur dari kata mesiSAN ngeDUR yang artinya sekalian sampai
tuntas. Pada zaman dulu pementasan ini biasanya dimainkan setelah isya
hingga menjelang pagi. Begitulah ceritanya mengapa kesenian ini dinamakan
kesenian sandur.
Gb. Kalongking menunjukkan kebolehannya,
tanpa menggunakan pengaman dan tanpa berpegangan
Kesenian
sandur dimainkan oleh 5 tokoh utama yaitu, Germo, Tangsil, Petak, Balong dan
Cawik, dengan didukung oleh panjak hore. Pembukaan dalam pentas sandur dibuka
dengan kesenian jaranan, dan diakhiri dengan atraksi kalongking. Kalongking berasal dari kata Kalong yaitu hewan yang menyerupai
kelelawar tetapi dalam bentuk dan ukuran yang lebih besar. Digambarkan bahwa
hewan tersebut sedang menikmati hasil bumi, mencuri hasil panen milik warga.
Naik di atas pohon, makan, tidur, dan bergelantungan, itulah karakter yang dimiliki
hewan tersebut.
Gb. Kalongking di atas perahu yang bergerak menyisir bengawan
Pada
atraksi kali ini berbeda seperti yang sebelumnya. Karena pentas sandur biasanya
dimainkan pada lapangan yang terbuka, datar dan luas. Atraksi yang dilakukan
kalongking kali ini adalah menyisir Bengawan Bojonegoro. Parade perahu hias
dijadikan momen oleh para seniman sandur untuk memperkenalkan kepada masyarakat
Bojonegoro. Atraksi di atas perahu tersebut dilakukan oleh para ahli, yang mana
dalam beratraksinya seniman kalongking tidak menggunakan pengaman. Naik dengan
memanjat, berputar, bergelantungan dan turun dengan cara badan terjungkir.
Gb. Festival Bengwan Bojonegoro - Perahu Hias,
Peserta dari Ledok Kulon Kec. Bojonegoro, Atraksi Kalongking Kesenian Sandur,
Foto diambil di Desa Ledok Kulon
Angin
yang semilir, arus air yang mengalir melengkapi Indahnya Bengawan Bojonegoro. Membuat masyarakat sejenak ibarat di
hipnotis oleh bengawan dan beberapa perahu hias yang lewat. Terlebih saat
rombongan Kesenian Sandur dari Desa Ledok Kulon sedang menunjukkan keahliannya.
Mari kita lestarikan budaya,
Terima kasih Kang Yoto,
Sudah memberi ajang kreatifitas masysarakat Bojonegoro,
Selamat Hari Jadi Bojonegoro ke-337,
Matoh ...